Senin, 24 Juni 2013

novel fiksi tere-liye



MERESENSI NOVEL “REMBULAN TENGGELAM DI WAJAHMU
Disusun untuk Memenuhi Tugas Akhir Mata Kuliah Membaca Komperhensif
Dosen pengampu: M. Fakhrur Salfudin M. Pd.

                
Disusun oleh:
Nama           :           Mei Andiani
NIM             :           A310120032
Kelas            :           2A

PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA DAN DAERAH
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2013







JUDUL       : REMBULAN TENGGELAM DI WAJAHMU
Penulis       : Tere-Liye
Jenis Novel         : Fiksi
Penerbit     : Republika
Hal             : iv + 427
Tahun        : 2009
Peresensi   : Mei Andiani (A310120032)

           
            “Tere-liye dilahirkan 21 Mei, 29 tahun silam, disebuah kampung yang dikepung hutan, di rantai sungai, dan dibentengi bukit-bukit. Tere-liye menghabiskan masa kanak-kanaknya dengan bertelanjang kaki memunguti cempedak jatuh, menyibak salak liar, menunggu durian, pandai memanjat pohon, memancing di lubuk kampung, bermain di kebun, dikejar babi dan mengejar babi.
            Tere-liye adalah lelaki (tentu saja). Tere-liye bisa dihubungi di darwisdarwis@yahoo.com (cara terbaik menghubungi saya dengan e.mail). Profil lengkap tere-liye ada di www.facebook.com dengan username: Darwis Tere-liye.  

Ketika Anda membaca novel tere-liye ini, terasa sekali betapa tidak dapatnya kita berandai-andai dengan isi novel yang kita baca “Rembulan Tenggelam Di Wajahmu”. Siapakah tokohnya? Seperti apakah kisahnya? Dan bagaimanakah alur dari isi novel ini? Penasaran dengan novel karya tere-liye yang akhir-akhir ini selalu menjadi perbincangan para penikmat buku. Saya kira benyak terjadi adegan yang romantis dan banyak kata-kata puitis menggambarkan tentang sang pujangga merayu tambatan hatinya.
Ternyata tidak, kita harus menutup mata dan pikiran dari carut marutnya kehidupan ini. Mari kita berfikir takjim sejenak. Bayangkan saat ini ada satu malaikat bersayap indah datang kapada kita dan kemudian berkata lembut: “Aku memberikan kau kesempatan hebat. Lima kesempatan untuk bertanya tentang rahasia kehidupan, dan aku akan menjawabnya sekarang. Lima pertanyaan. Lima jawaban. Apakah pertanyaan pertamamu?”.
Maka apakah kita akan bertanya: Apakah cinta itu? Apakah hidup ini adil? Apakah kaya adalah segalanya? Apakah kita memiliki pilihan dalam hidup? Apakah makna kehilangan?. Ray atau Rehan adalah tokoh utama dalam novel kisah ini, Rey ternyata memiliki kecamuk pertanyaan sendiri. Lima pertanyaan sebelum akhirnya dia mengerti makna hidup dan kehidupan.

Awal membaca novel “Rembulan Tenggelam Di Wajahmu” memang sangat membingungkan saya, apa lagi ditambah adegan-adegan yang selalu dipotong tiap sub babnya. Saya sempat bertanya, “Lantas bagaimanakah nasib atau cerita tokoh yang lain setelah ditinggalkan oleh Rey dengan cerita menggunakan alur maju?”. Saat mencoba menikmati bagian demi bagian akhirnya saya menikmati alur cerita dari kehidupan yang dialami oleh Rey.
Kisah dari korban kebakaran rumah yang disengaja oleh kontraktor bangunan, diselamatkan oleh salah satu petugas yang akhirnya petugas itu sendiri tidak bisa selamat akibat tangganya sudah dilahap oleh si jago merah. Rey pada akhirnya di kirim ke panti yang tidak pernah ia harapkan keberadaannya dengan kondisi selalu di cambuk dengan bilah rotan oleh sang penjaga panti. Usia 16 tahun ia kabur dengan merasa kehidupan bebas saat berada di terminal kota tanpa adanya hukuman dari penjaga panti sok suci (katanya). Ia dapat memaksa pamilik warung ketika lapar. Mengambil uang dari kotak kamar mandi yang dijaga oleh Diar salah satu teman pantinya. Mengambil celana milik sopir bus yang banyak uang setoran kemudian dibawa lari olehnya, Diar mencoba mengejar dan membujuk untuk jangan lakukan hal itu naman nasib naas menimpa mereka berdua. Keduanya luka memar dan terkena tusukan belati. Mereka dilarikan di rumah sakit. Diar meninggal karena tubuhnya ringkih dan tidak kuat menahan sakit, maninggal saat usai bercerita menyatakan kesalahan yang pernah dilakukannya kemudia hukuman ditanggung oleh Rey. Luka Rey tidak bisa ditangani oleh pihak rumah sakit akibat keterbatasan peralatan, kemudian dirujuk ke salah satu rumah sakit di ibu kota.
Rey di rumah sakit sendirian dengan ditemani oleh seorang perawat. Ketika sembuh, Rey diantar ke rumah singgah. Rey disambut dengan gembira oleh para penghuni rumah singgah dan mengadakan pesta kecil. Bang Ape adalah pemilik rumah singgah tersebut. Di rumah singgah Rey merasa senang dan diajari untuk menyiapkan masa depannya bersama Bang Ape dan teman-temannya yang lain. Ilham yang memiliki bakat melukis dan Natan yang memiliki suara emas. Ada Ouda dan Oude si kembar yang larinya secepat kilat. Suatu hari Ilham dihadang oleh preman yang menginginkan lukisannya yang akan dibawanya ke tempat pameran untuk dinilai oleh seorang seniman yang mampu mewujudkan cita-citanya. Rey tidak terima jika temannya disakiti karena prinsipnya “Luka di balas dengan luka”. Rey geram dengan sikap preman tersebut dan akhirnya dibalaslah semua kejahatan yang dirasa oleh Ilham. Tak hayal, mereka (para preman) tidak terima, dan akhirnya jika melihat siapa saja yang merupakan penghuni rumah singgah akan mereka hajar.
Rey merasa bersalah dan ia pergi lagi ke daerah pinggiran kali. Tiap pagi kerjaannya memanjat tower air setinggi 10m jika tidak mengamen. Ada tetangga baru yang menawarinya kerjasama karena malihat kelihayan Rey dalam memanjat. Melalui pendekatan, Ray diajak kerjasama oleh Plee yang usianya 40 tahun. “Saya tidak pernah membeli namun saya selalu menjual, dan tempat yang rawan sangatlah berharga” kata Plee. Rey dengan semua latihan yang diajari oleh Plee, akhirnya Rey diajak untuk mencuri berlian yang ada di sebuah bangunan tertinggi lantai 40. Berlian jika dijual akan laku dengan harga milyaran rupiah.
Saat insiden luka tembak karena katahuan oleh para penjaga bangunan, Rey dan Plee segera meluncur ke rumah kontrakannya. Rey dioperasi oleh Plee dengan ala kadarnya dan disembunyikan di sebuah kamar rahasia untuk Rey istirahat. Suara polisi datang mendekat dan Plee menyerahkan diri karena dalam perjanjian tidak ada yang saling menghianati. Jika tertangkap, maka cukup satu saja yang menyatakan pelakunya, dan jika terluka maka keduanya tidak boleh ada yang saling meninggalkan. Selama 6 tahun Plee baru dijatuhi hukuman mati.
Rey tidak mau terbayang terus dengan kejadian yang menimpa rekan kerjanya maka Rey pun memutuskan untuk pergi ke suatu kota. Pergi dengan menaiki sebuah kereta api yang biasanya Rey naiki ketika mengamen. Hampa dan kosong itulah suasana hatinya. Sepanjang perjalanan Rey hanya duduk memandang hamparan sawah yang menguning. Menuju kantin kereta karena lapar dan di sana Rey bertemu wanita dengan tatapan kosong. Mengenakan baju warna serba hitam menandakan sedang berduka cita. Keduanya memilih duduk di pojok untuk menikmati kesendirian mereka sambil memandang di luar jendela.
Sampai pada tujuan. Rey menjadi kuli kerja di bangunan, karena ia tak memiliki bekal pendidikan yang layak untuk pekerjaan lain. Belajar dari otodidak dan karena Rey merupakan orang yang cekatan dan trampil sehingga Rey mendapatkan kepercayaan untuk menjadi mandor. Banyak yang suka terhadap kerjanya dan akhirnya Rey naik jabatan. Tiap malam selalu naik ke atas bangunan tertinggi untuk memandang rembulan dengan teropong dan selalu tahu kapan waktu rembulan itu purnama. Disaat memandang rembulan, Ray menengok ke bawah dan menemukan seorang gadis dengan rambut yang terurai panjang nan indah, memiliki mata hitam serta hidung mungil mancung.
Pagi hari Rey mendatanginya dan tidak banyak yang diucapkan karena sejatinya wanita itu menjaga jarak. Wanita yang bernama Fitri. Rey selalu berkunjung ke rumahnya di waktu jadwal yang telah ditentukan. Waktu kunjungan tiba, dalam ketukan ke 3x pintu baru di buka dan itu merupakan suatu kebiasaan. Selain itu dalam kunjungannya, Fitri selalu memasakan puding pisang untuk dimakan bersama. Suatu malam bertepatan dengan rembulan yang bersinar sempurna Rey mengajak Fitri untuk manikmati pemandangan itu di atas gedung bangunan tertinggi yang dibangun oleh Rey. Waktu kunjungan telah usai, ternyata slendang yang dikenakan oleh Fitri tertinggal bersama Rey. Pagi hari Rey bermaksud untuk mengembalikan ke rumahnya. Tiba di rumahnya, Fitri membuka pintu dengan pakaian terusan yang tipis dan rambut acak-acakan, Fitri kaget karena ini bukan waktu berkunjung untuk dirinya. Dari dalam rumah ada suara yang memanggil, “siapa yang datang sayang?”, kemudian pria itu keluar mengenakan celana pendek dan telanjang dada. Ray langsung pulang sambil mengembalikan selendang Fitri.
Seusai kejadian itu Fitri mendatangi Rey dan menjelaskan semuanya mengenai tekanan batin yang dialaminy. Fitri bercerita bahwa ia menjadi wanita simpanan pria tersebut. Sejak kecil hidupnya sudak hancur karena perlakuan laki-laki terhadapnya. Ia anak yatim yang diasuh di panti dan pada usia 10 tahun akhirnya Fitri diadopsi. Mendapat perlakuan baik dengan cara disayang dan semua kebutuhannya dipenuhi. Siapa yang tidak senang jika anak perempuan diberikan boneka? Suatu kesempatan, ayah angkat yang menyayanginya memaksa untuk memenuhi nafsu syahwatnya, Fitri mendapat ancaman tusukan pisau jika ia mengadu kepada orang lain. Hal tersebut akhirnya diketahui oleh ibu angkatnya dan ia menceritakan/ mengadu dengan wanita lain yang juga keibuan. Alhasil Fitri mendapat janji manis akan ditolongnya, namun kenyataannya ia malah dijerumuskan menjadi pekerja pemenuh syahwat para lelaki hidung belang. Tiap kali bertemu pejabat pastilah menjadi istri simpanan, bagaimana mungkin jika para lelaki yang melihatnya tidak tertarik dengan molek tubuhnya Fitri. Fitri selalu berusaha untuk meninggalkan dunia itu namun pada akhirnya selalu gagal dan tidak pernah terlepas dari hal itu. Diakhir cerita, Rey memaafkan Fitri dan mengajaknya menikah untuk membahagiakan Fitri tanpa adanya suatu yang diinginkan seperti lelaki lain.
Seusai menikan, keduanya mendiami rumah yang ada di pinggiran pantai. Fitri membuka usaha puding pisang dengan bantuan tenaga tetangganya. Pasangan itu hidup bahagia dan akan dikaruniani seorang anak. Fitrilah yang menyiapkan nama untuk anaknya. Usia kandungan menginjak 7 bulan dan Rey selalu pulang malam karena pekerjaannya membangun gedung menjalin kerjasama dengan orang luar negeri. Katika Rey sampai rumah, ia tidak mendapati istrinya berada di ruang tamu yang biasanya selalu menunggunya pulang kerja, tidak jua ada di kamar, namun malahan mendapatinya berada di dalam kamar mandi dengan kondisi pendarahan. Rey cekatan untuk membawa istrinya ke rumah sakit. Naas bayi yang dikandungnya tidak selamat, kata dokter karena kondisi rahim lemah dan terlalu kecapekan. Pasca dari kejadian tersebut, pasangan itu pindah rumah untuk meninggalkan luka agar tidak berlarut dalam kesedihan.
Tiga tahun kemudian hamil lagi. Rey tidak mau kehilangan untuk yang kedua kalinya maka ia selalu siap siaga menjaga istrinya dengan tidak pulang terlalu malan dan memberikan perhatian yang lebih. Nama sudah disiapkan oleh istrinya. Kajadian itu terulang kembali, Rey segera membawa ke rumah sakit. Kali ini sang bayi dan istrinya tidak bisa ditolong.
Menjelang usia Rey yang sudah tua. Ia sakit-sakitan seperti perhitungan matematika selalu bertambah. Rey melewati masa kritis di usia 64 tahun. Kelima pertanyaan Rey telah mendapatkan jawaban dari perjalanan hidupnya. Rey mendapatkan kesempatan kembali di saat mengalami masa kritisnya yaitu kesempatan selama 5 hari.

Di tengah-tengah adegan saat Rey selalu termenung sendiri, selalu datang seorang pasien dengan membawa piama rumah sakit dan seorang yang memiliki wajah menyenangkan. Sampai akhir cerika saya membaca tidak tahu siapakah mereka berdua itu. Tiba-tiba datang dan tiba-tiba pergi di adegan cerita. Fungsinya apa adanya mereka dalam cerita yang selalu memberi nasehat serta menberikan jawaban atas pertanyaannya Rey? Lantas katika Rey dalam masa kritis yang mendapat kesempatan selama 5 hari, apa yang dilakukannya?
Kita harus memandang bahwa tidak semua anak jalanan masa depannya selalu buruk. Ambil pelajaran dari novel ini segi positifnya. Tirulah kegigihan tokoh utama novel ini. Ia suksek memimpin kerjanya berkat keuletan walaupun ia tidak pernah merasakan sekolah formal. Satu hal yang paling penting, jangan pernah mengutut langit atas ciptaan Tuhan dan jangan pernah berkata bahwa hidup ini tidak adil. Penasaran dengan cerita yang lebih jelasnya? Baca bukunya sendiri untuk menjawab semua rasa penasaran yang melanda Anda.