Senin, 27 Januari 2014

resensi novel SEBELAS PATRIOT



Nama   : Mei Andiani
NIM    : A310120032
Kelas   : I A
RESEPSI SEBUAH FIKSI “NOVEL”
SEBELAS PATRIOT
Karya  : Andrea Hirata

I.                   PENGANTAR
“Betapapun runyamnya bangsa ini, Andrea menunjukkan bahwa kita masih punya harapan” itu respon Ahmad Syafi’i Ma’arif, mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah setelah membaca novel karya Andrea Hirata seorang novelis Indonesia yang paling fenomenal. Novel kali ini berjudul Sebelas Patriot yang menjadi karya fiksi terbaik dan termasuk 7 karya terpilih di antara banyak karya dari seluruh dunia untuk diterbitkan majalah Washington Square Review, New York University, edisi winter/spring 2011. Sebelas Patriot adalah kisah yang menggetarkan dan sangat inspiratif tentang cinta seorang Ayah, makna menjadi orang Indonesia, dan kegigihan menggapai mimpi-mimpi.

II.                ISI TANGGAPAN
“Untuk Ayahku; untuk PSSI; untuk Rakyat Indonesia; Indonesia, Aku Datang; Indonesia, Aku Menang” kata-kata itulah yang menjadi pengantar sebuah cerita akan mencapai tujuannya. Diawali dari cerita tentang ayah yang sifatnya pendiam dan tampak samar, kita kenal si Ikal  (panggilan akrab bagi Ayah adalah Bujang) menjadi anaknya dan temannya si Trapani (pemalu) serta si Mahar (bergajul) menggoda seekor luak hasil tangkapan pemburu. Ayah bekerja menjadi kuli di PN Timah selalu menerima gaji kecil tiap tanggal 1 dan mendapat beras 60 kg. Terlihat di warung-warung kopi, pemudanya membicarakan tentang pemerintah atau orkes dangdut, sedangkan yang tua membicarakan tentang masa sulit penjajahan Belanda sambil menggulung lengan baju memperlihatkan bekas luka tembak atau dicambuk Belanda, di sebuah tempat penyiksaan disebut tangsi.
Anak lelaki Melayu di bawah  umur diseret ke parit-parit tambang umtuk kerja rodi. Tiga bersaudara yang usianya 13, 15, dan 16 tahun dipaksa oleh Belanda untuk menggantikan Ayahnya yang hampir sepanjang hidup ditindas oleh penjajah. Ada tradisi Belanda yang mewajibkan ganti tenaga kerja diciptakan kolonial di Tanah Melayu dan berisiko tembak di  tempat bagi pembangkang. Terdapat kekejaman, Belanda tidak sungkan membakar kampung dan membunuh setiap orang tidak peduli wanita, anak-anak, dan orang tua. Akhirnya rakyat menemukan caranya sendiri untuk melawan, para penyelam tradisional melawan dengan  membocorkan kapal-kapal dagang Belanda yang mendekati perairan Balitong. Para pemburu melawan dengan meracuni sumur-sumur yang akan dilalui tentara Belanda. Para imam membangun pasukan rahasia di langgar-langgar. Para kuli parit tambang melawan dengan sepak bola.
Van Holden seorang yang membawahi wilayah ekonomi pulau Bangka dan Balitong memerintahkan hari lahir Ratu Belanda diperingati di tanah jajahan. Tanah air yang jelas-jelas menjadi jajahannya di siang bolong. Perayaan ditandai dengan pertandingan olahraga dalam kompetisi piala Distric beheerder. Pertandingan berlangsung antara orang jajahan melawan orang jajahan, dan atau Belanda melawan orang jajahan. Namun sehebat apapun penduduk peribumi tetap saja disuruh untuk kalah oleh Belanda, jika tidak mereka akan dimasukan dan disiksa di dalam tangsi. Ketiga saudara (13, 15, dan 16 tahun) berhasil mengangkat pamor unit tambang dalam piala Distric beheerder. Ketika bermain bola, mereka terlempar ke dunia lain karena tidak ada siksaan penjajahan. Bagi kakak beradik itu lapangan sepak bola merupakan surga kecil selama dua kali empat puluh lima menit. Pelatih Amin terpaksa memanggil mereka tanpa alasan yang jelas, pelatih terintimidasi sehingga harus membangkucadangkan mereka. Bagi mereka lapangan bola merupakan medan tempur untuk melawan panjajah. Seusai pertandingan, Pelatih Amin dan tiga saudara kena ringkus tentara Belanda, sehingga keesokan harinya mereka kaluar dari tangsi dalam keadaan babak belur. Selanjutnya si sulung dibuang kerja paksa ke sebuah pulau untuk membangun dermaga, si tengah dibuang pula bersama abang sulungnya itu karena dia telah mencetak gol, sedangkan si bungsu kembali kerja rodi di parit tambang. Terdengar kabar bahwa si bungsu dipanggil oleh Van Holden untuk memperkuat tim Belanda dalam sebuah pertandingan persahabatan sesama orang Belanda, namun bungsu tidak hadir dengan alasan dia tidak mau bergabung dengan tim penjajah kaumnya. Pada akhirnya si bungsu diangkut ke tangsi keluar dalam keadaan babak belur, kemudian dibuang bersama para narapidana ke sebuah pulau di barat Balitong untuk membangun mercusuar. Ternyata si bungsu yang dibuang bersama narapidana adalah Ayah. Pertandingan terakhirnya memang hanya pertandingan antar sebelas kulit jajahan melawan sebelas ambtenaar Belanda, namun baginya saat itu lapangan sepak bola merupakan medan perang di mana peribumi menggempur penjajah. Saat tim nasional Indonesia –PSSI- menekuk tim nasional Belanda.
Di kampung sekitar usai penjajahan mereka selalu menonton pertandingan sepak bola di pekarangan balai desa dengan menyuguhkan seorang komentator yang bernama Toharun, dia adalah pelatih sepak bola di kampungnya dan merupakan anak dari Pelatih Amin. Ikal, Trapani, dan Mahar mendaftarkan diri menjadi pemain sepak bola waktu pendaftaran dimulai, mereka akan dilatih oleh Pelatih Toharun. Pelatih Toharun merupakan pelatih sepak bola yang menguasai filosofi buah-buahan dalam melatih sepak bola. Ketika kami hendak bertanding Pelatih Toharun memimpin do’a yang sangat panjang, karena selain do’a agar tidak terjadi kezaliaman di waktu pertandingan dia juga mendo’akan para pemimpin negara, bagi para pahlawan, dan bagi kesejahteraan seluruh umat manusia. Pertandingan berakhir, dan Ikal mendapat kesempatan untuk mengikuti seleksi ke Palembang menjadi pemain junior PSSI. Namun Ikal tidak berhasil masuk dan Ikal mengemasi kopernya untuk siap pulang ke Balitong. Kepulangnnya disambut gembira oleh ayahnya dan dipeluknya erat-erat. Ikal merasa gagal, ironis Ayah berakhir sebagai patriot dan dirinya berakhir sebagai pecundang tambahnya. Pada akhirnya Ayah membelikan raket bulutangkis untuk Ikal, dan itu berarti segala sesuatu harus dibiasakan dengan kanan, tidak seperti pamain sepak bola yang di idamkannya menjadi pemain sayap kiri.
Suatu hari Ikal bertanya kepada Ayahnya “Ayah, klub apa kegemaran Ayah selain PSSI?” Ayah untuk kedua ratus enam puluh kali tersenyum saja. Namun suatu ketika Ikal terkejut mendengar jawaban dari Ayahnya, Ayah menjawab: “Real Madrid”. Pemain kesayangan Ayah adalah Luis Figo. Usai SMA Ikal merantau ke Universitas Sorbonne, Prancis. Liburan musim panas ia pergi ke Spanyol untuk mendapatkan kaus bertuliskan Luis Figo di punggungnya dan alangkah senangnya jika ada tanda tangannya. Ketika ingin membeli kaus itu, Ikal bekerja keras untuk mendapatkan uang sebesar 250 euro harga yang ditawarkan oleh Adriana. Ikal bekerja siang malam, siang ia menjadi tukang cat bangunan dan di malan hari ia menjadi orang yang mengumpulkan bola di lapangan sepak bola. Akhirnya uang sebesar 250 euro terkumpul dan Ikal mendapatkan kaus bertuliskan punggung Luis Figo beserta tanda tangannya yang akan di hadiahkan untuk Ayahnya.
Selanjutnya Ikal dan Adriana jatuh cinta terhadap perbincangan seputar sepak bola. Bukan jatuh cinta seperti roman picisan anak muda, walaupun Adriana adalah seorang wanita cantik dan memiliki bola mata seperti kelereng biru. Akhirnya tiba saatnya Real Madrid vs Valencia bertanding, kedua kawan itu ikut menyaksikan di pertandingan lapangan sepak bola. Pengalaman menonton sepak bola di negara orang memberinya penghayatan yang lebih dalam tentang arti mencintai PSSI dan makna mencintai Tanah Air. “Indonesia adalah tangis tawaku, putih tulangku, merah darahku, dan indung nasibku. Tak ada yang lebih layak kuberikan bagi bangsaku selain cinta, dan takkan kubiarkan lagi apa pun menodai cinta itu....” tukas Ikal. Keesokan harinya Ikal mengirim kaus Luis Figo untuk Ayahnya dan kaus Barcelona FC untuk Pelatih Toharun. Ia juga mengirimkan surat yang menceritakan tentang pertandingan Real Madrid vs Valencia. Ia membayangkan apakah Ayahnya mengikuti pertandingan PSSI? Apakah kaki kirinya bergerak-gerak mengikuti pertandingan itu? Betapa Ikal rindu pada patriotnya itu.

III.             PENUTUP
            Novel yang sangat inspiratif sekali. Menceritakan tentang sejarah semasa penjajahan di Tanah Air oleh Belanda. Kisah tentang pemain sepak bola nasional PSSI yang penuh perjuangan karena di lapangan sepak bola mereka ada kesempatan untuk melawan penjajah. Bagi mereka, lapangan sepak bola merupakan surga kecil selama dua kali empat puluh lima menit. Cerita mengenai cinta pengorbanan seorang Ayah, kegigihan menggapai impian, serta makna menjadi orang Indonesia. Betapa berat dan perihnya perjuangan para patriot zaman dahulu sebelum merdeka. Sebenarnya sudahkah negara ini merdeka dengan di Proklamasikan Kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1945? Apakah negara ini sudah mampu mandiri dan tidak ketergantungan pada negara lain? Tak hayal, negara kita belum merdeka, karena segala sesuatu yang kita gunakan untuk kebutuhan adalah hasil impor dari negara lain dan bahan mentahnya merupakan hasil bumi Indonesia. “Saya telah menyebutkan bahwa imperialisme barat harus disudahi untuk kepantingan kemanusiaan dan tiap-tiap bangsa yang terjajah mempunyai kewajiban untuk memerdekakan bangsanya dari penjajahan. Dan oleh sebab itu, Indonesia harus mencapai kemerdekaannya atas dasar kemanusiaan dan peradaban, dan saya khawatir satu-satunya jalan untuk melaksanakan itu, seperti kita lihat tadi, tidak lain dari kekerasan” (Moh. Hatta dalam bukunya Untuk Negeriku)

SECARIK HIZBUL WATHAN



HIZBUL WATHAN PANDUKU

Strategi K.H. Ahmad Dahlan menggunakan metode “NTNT” yaitu “niat tandang, niat tandang”, maksudnya jika ada keinginan maka segera dilaksanakan. Keadaan itu berbeda dengan jaman sekarang, jaman dahulu belum menggunakan managemen jangka panjang. Maka tidak perlu adanya rapat mengumpulkan anggota, kemudian pembentukan panitia, setelah itu menyusun strategi/konsep, baru aksi. Ketika K.H. Ahmad Dahlan memiliki kehendak maka dikumpulkan warga sekitar dan langsung dijalankan apa yang dititahkan oleh Kyai.
“Mindah apike yen nom-noman Muhammadiyah digawe sing apik koyok ngonokui” kata K.H. Ahmad Dahlan sepulang pengajian SATF (Sidik, Amanat, Tabligh, Fathonah) yang didampingi oleh Bapak Mulyadi Djojomartono di Solo ketika melihat NIPV, JPO dan Taruna Kembang sedang latihan baris-berbaris di Alun-alun Mangkunegara Surakarta. Beliau memiliki tujuan mendidik putera Muhammadiyah untuk mengabdi/menghamba kepada Allah. Dengan resmi lahirlah PADVINDERS MUHAMMADIYAH baik yang di Solo maupun di Jogja. Latihan pertama kali di halaman Masjid Agung Solo mengenakan seragam kemeja drile khekhi, celana biru tua, kacu merah tua berbintik hitam (dele kecer) atas usaha Bapak H. Nawawi. Tepatnya pada tahun 1918.
Pertemuan di rumah Bapak H. Hilal tepatnya di Kauman Yogyakarta, atas prakarsa Bapak H. Hadjid diusulkan mengganti nama menjadi HIZBUL WATHAN yang artinya “Cinta Tanah Air” atau “Pembela Tanah Air” sesuai jiwa penjajah Belanda pada tahun 1920. Tahun 1928 terbentuk kongres pemuda. Adapun lagunya.
Pemuda Muhammadiyah anak Hizbul Wathan
Pandu berdasar Islam Qur’an Hadist untuk wathan
Marilah temanku saudaraku bangsaku
Bersatu menjunjung agamamu yang satu
Rapatlah temanku bekerja yang sungguh dalam Hizbul Wathan
Pemuda Hizbul Wathan takutlah pada Tuhan
Bekerja yang sabar ikhlas hati serta tahan
Harus kita yang kuat berjalanmu yang cepat
Kita harap sangat bersatu yang rapat
Agar lekas dapat tujuan yang tepat dalam Hizbul Wathan
Tidak ada yang berhak memecah kepanduan Hizbul Wathan pada saat itu sampai sekarang kecuali jika di hadapkan dengan Suka Bumi dan Balik Papan, maksudnya adalah di hadapkan dengan kematian. Adapun rutinitas yang dijalankan adalah Baris-berbaris dan Keprajuritan dipersiapkan sebagai pembantu tentara kemerdekaan pada waktu itu, pengajian, kemasyarakatan, menyantuni anak yatim sesuai Q.S. AL Ma’un, pengkaderan, dan sesuai kebutuhan umat yang berdasarkan pada Al-Qur’an dan Sunnah.

Hal itu kita jalankan juga di Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan Kafilah Penuntun Moh. Djazman Universitas Muhammadiyah Surakarta. Demi suatu tujuan untuk memperkenalkan Muhammadiyah dan membela tanah air. Adapun kegiatannya sebagai berikut:
1.      Divisi Al Islam dan Kemuhammadiyahan,
Lewat divisi ini para kader diajak untuk menteladani Rosulullah Muhammad Saw., seperti halnya Muhammadiyah sebagai pengikut Nabi Muhammad. Adapun kegiatannya sebagai berikut:
a.       Kajian ke- Islaman dan Kemuhammadiyahan
b.      Kajian memperingati Maulid Nabi Muhammad Saw.
c.       Buka puasa bersama bulan Romadhon
d.      Buka bersama puasa sunnah senin kamis

2.      Divisi Pengkaderan,
Memiliki tujuan untuk mencetak dan mempersiapkan kader Muhammadiyah yang berahlaqul karimah, cerdas dan militan. Adapun kegiatannya sebagai berikut:
a.       Pelantikan
b.      Pelantikan Ormawa
c.       POP (Program Optimalisasi Pimpinan)
d.      Sosialisasi Hizbul Wathan Universitas Muhammadiyah Surakarta
e.       DA (Diklat Anggota) Hizbul Wathan
f.       Follow Up Diklat Anggota

3.      Divisi Teknik dan Kepanduan,
Pemuda Muhammadiyah harus memiliki skill untuk menjadi tentaranya Allah dalam membela tanah air, tidak hanya bisa menjaga ketertiban saja namun harus memiliki kaidah lain yang menjadi kewajiba kita sebagai hambanya Allah. Adapun kegiatannya sebagai berikut:
a.       Latihan rutin (sesuai kebutuhan)
b.      SKJ (Silaturahin dan Kemah Juara)
c.       Uji SKT (Syarat Kanaikan Tingkat)
d.      Pembentukan Spesialisasi Keahlian Pandu
e.       Latihan Gabungan Hizbul Wathan Perguruan Tinggi Muhammadiyah
f.       Pembuatan buku panduan Hizbul Wathan

4.      Divisi Kegiatan dan Pengembangan,
Menjadi keder Muhammadiyah harus mengimplementasikan-era globalisasi teknologi yang up to date. Adapun kegiatannya sebagai berikut:
a.       Pembentukan tim Instruktur
b.      Kedai Hizbul Wathan Universitas Muhammadiyah Surakarta
c.       Pengembangan website

5.      Divisi Logistik,
Dapat mendukung ketercapaian semua kegiatan yang akan berlangsung. Adapun kegiatannya sebagai berikut: 
a.       Pengadaan alat
b.      Perawatan alat
c.       Inventarisasi alat
d.      Perbaikan alat
Semua Divisi harus berjalan sesuai tupoksinya (tugas pokok tiap divisi) yang akan memperlancar kegiatan Kepanduan Hizbul Wathan Kafilah Penuntun Moh. Djazman Universitas Muhammadiyah Surakarta.
“Sungguh berat menjadi kader Muhammadiyah, ragu dan bimbang lebih baik pulang”
Fastabiqul khoirat...

observasi kurikulum 2013



Nama   : Mei Andiani
NIM    : A310120032
            Puji syukur observer panjatkan kehadirat Allah Swt yang masih memberikan kesempatan untuk beraktivitas berupa nikmat kesehatan, nikmat iman, nikmat islam, serta nikmat ikhsan. Sesungguhnya yang menggenggam dan membolak-balikkan hati ini adalah semata Engkau ya Robb. Sholawat serta salam senantiasa tercurah kepada junjungan besar kita Nabi Muhammad Saw, para keluarga, sahabat, dan umatnya hingga akhir zaman nanti semoga mendapat syafaat-Nya. Amiin.
            Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan atau latihan demi mewujudkan tujuannya. Menurut KBBI OFF LINE Pendidikan adalah ditetapkan berdasarkan perkembangan para peserta didik, keluasan bahan pengajaran, dan tujuan pendidikan yang dicantumkan dalam kurikulum. Kerikulum adalah perangkat mata pelajaran yang diajarkan pada lembaga pendidikan tertentu.
            Observer melakukan observasi di dua sekolah yang masih manggunakan KTSP dan sudah menerapkan Kurikulum 2013. Demi mengetahui dari masing-masing penerapan kurikulum, metode pengajaran, sistem penilaian, serta keunggulan dan kelemahannya. Diharapkan saya sebagai calon pendidik mampu mengapresiasi dari masing-masing kurikulum tersebut.
            Observasi pertama hari kamis tanggal 26 September 2013 di SD N 1 Brojol, Kec. Miri, Kab. Sragen. yang sudah menerapkan kurikulum 2013 semenjak tahun ajaran baru. Kami datang di sana alhamdulillah disambut baik oleh pihak sekolah (guru, karyawan, dan siswanya). Maksud kedatangan kamipun saya sampaikan bahwasannya kami ingin silaturahim dan melakukan observasi terkait kurikulum 2013 yang telah diterapkan. Kemudian kamipun dilayani sesuai apa yang dibutuhkan terkait kelancaran observasi. Waktu itu kebetulan Bapak Kepala sekolahnya sedang rapat sehingga kami dilayani langsung dengan ibu guru yang mengampu kelas 1 SD.
            Interviuw berjalan dengan lancar karena sangat dibantu oleh guru studinya sendiri. Bahwasannya metode mengajar dengan kurikulum 2013 sangatlah memudahkan guru dalam mengajar. Guru telah diberi buku pegangan dan tinggal mengimplementasikannya di dalam kelas. Siswa sangat antusias dengah hal-hal yang baru sehingga membantu guru dalam menyampaikan materi karena metode mengajarnya sangatlah menarik dan sambil bermain peram sesuai temanya (tematik) dan terpadu. Jadi siswa tidak bosan dalam menangkap pelajaran yang disampaikan guru karena metodenya sangat inovatif walaupun jam mata pelajaranya bertambah di kelas. Pendekatan kurikulum 2013 menggunakan holistik berbasis sains (alam, sosial, dan budaya). Bagaimana cara menangani siswa yang tidak aktif dan terkesan pendiam di dalam kelas? Kata guru kelasnya, “saya dekatin secara personal dan ditanya maunya anak itu apa? Apa yang menyebabkan dia tidak mau bergabung dengan teman-temannya?” setelah ditanya maka guru kelas baru bisa memberika solusinya. Belajar tidak haya di dalam kelas saja tapi juga di lingkungan sekolah atau masyarakat, guru bukan satu-satunya sumber belajar.
            Pengambilan nilai atau sistem evaluasi belajar dilakukan dengan berbasis kompetensi, pergeseran dari penilaian melalui test menuju penilaian otentik, memperkuat PAP (Penilaian Acuan Patokan), penilaian tidak hanya pada level KD tetapi juga kompetensi inti dan SKL, dan mendorong pemanfaatan fortofolio yang dibuat siswa sebagai instrumen utama penilaian.
            Selain interviuw dengan gurunya, kamipun juga melakukan interaksi dengan siswanya langsung. Berhubung siswa kelas 1 sudah pulang maka digantikan dengan siswa kelas 4 yang sama-sama sudah menggunakan kurikulum 2013. Siswa yang bernama Pandu mengaku senang dengan pembelajaran di kelas karena selain materi yang diajarkan juga diajak bermain serta berimajinasi. Waktu istirahat 30 menit kami manfaatkan untuk memberikan permainan dan bernyanyi di dalam kelas, siswa terlihat antusias sekali dengan kami. Ini hasil gambar yang sempat kami abadikan ketika bersama siswa di dalam kelas.
            Usai berinteraksi dengan siswa kami kembali ke kantor dan tidak lama kemudian kamipun berpamitan dengan semua guru karena dirasa sudah cukup dalam mendapatkan informasi di SD N Brojol, Kec. Miri, Kab. Sragen.
            Observasi berikutnya kami lakukan pada hari selasa tanggal 8 Oktober 2013 di MI Muhammadiyah Slogo, Kec. Tanon, Kab. Sragen yang masih menggunakan KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan). Berhubung sedang berlangsungnya ujian mid semester ganjil maka kami hanya silaturahim dengan pendidik di kantor, alhamdulillah bisa berhadapan langsung dengan Ibu Kepala Sekolah yang bernama “ST. Munawaroh”.
            Awal mula didirikan sekolah MI Muhammadiyah Slogo karena berkembangnya TPA di lokasi yang semakin banyak muridnya. Guru ngaji atau pembimbing TPA merupakan pengurus Cabang Muhammadiyah Kota Sragen dan akhirnya berdirilah nama sekolah MI Muhammadiyah Slogo tersebut. Sekolah ini berdiri semenjak tahun 1967 dan siswanya dari daerah sekitar. MI Muhammadiyah memiliki harapan kelak siswanya lulus sudah mampu menghafal surat-surat pendek yag ada di dalam Al-Qur’an.
            Alasan mengapa lembaga pendidikan ini belum menggunakan kurikulum 2013, karena belum mendapat sosialisasi dari pemerintah atau lembaga terkait. Rencananya kurikulum 2013 akan dijalankan pada tahun ajaran baru 2014. Saat ini sekolah masih menggunakan KTSP. Metode pengajarannya yaitu guru bagaikan fasilitator di dalam kelas, siswa diibaratkan bagai gelas setengah isi yang akan dipenuhi oleh pendidik. Guru menyampaikan model pengajaran dengan ceramah di dalam kelas, ada kalanya jika diperluka menggunakan diskusi atau tanya jawab. Sistem evaluasi atau pengambilan nilai dilakukan dengan cara ulangan harian, lembar fortofolio, ujian mid semester, dan ujian semester. Jika belum memenuhi syarat maka diadaka remidi, namun untuk siswa yang cepat memahami materi pengajaran ia akan diberikan pengayaan untuk penambahan materi pelajaran.
            Kesimpulannya. Kurikulum 2013 lebih memudahkan guru dalam penerapan materi di kelas. Guru sudah dibekali buku pengangan untuk mengajar dari pemerintah pusat. Metode pengajarannya menggunakan model tematik dan terpadu sesuai kondisi sekitar. Pembelajarannya tidak hanya di dalam kelas saja, namun memanfaatkan lingkungan sekitar sekolahan dan masyarakat. Siswa tidak dibatasi mengenai kemampuannya berkreativitas dalam KBM. Pengakuan dari siswa kelas IV bahwa pelajarannya sekarang lebih menyenangkan jika dibandingkan dengan tahun lalu, karena menggabungkan pengetahuan alam, sosial, dan budaya. Kurikulum 2013 selain menitikberatkan kepada pendidikan karakter, ia juga menitikberatkan untuk penanaman budi pekerti atau akhlak mulia dan keterampilan peserta didik.