BAB
1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejak jaman Prasejarah atau yang dikenal dengan jaman batu,
manusia belum mengenal tulisan. Penyampaian maksud mereka membuat gambar di dinding-dinding
gua. Masyarakat jaman batu umumnya sangat kreatif, selain membuat gambar juga
membuat patung-patung primitif. Jaman dengan pesat berkembang, seiring dengan
datangnya kebudayaan-kebudayaan baru, maka tulisan yang dibuat orang pada saat
itu juga berubah.
Penulisan suatu hal yang tak bisa
ditinggalkan dari pembelajaran bahasa dikarenakan salah satu dari catur tunggal
pembelajaran bahasa adalah menulis. Menulis bukan juga sebuah kegiatan yang sederhana karena menulis
memerlukan beberapa pengetahuan yang tidak sedikit. Bahkan dalam catur tunggal
pembelajaran kegiatan menulis merupakan kegiatan terakhir, hal ini menandakan
kegiatan menulis adalah kegiatan yang paling kompleks.
B.
Rumusan Masalah
1. Apa pengertian
sistem tulisan?
2. Bagaimana
sejarah perkembangan tulisan?
3. Bagaimana
cara/metode menulis?
4. Bagaimana tahap
perkembangan tulisan?
C. Tujuan
1. Mengetahui
pengertian dari sistem tulisan.
2. Mengetahui
sejarah perkembangan tulisan.
3. Mengetahui
cara/metode menulis.
4. Mengetahui
tahap perkembangan tulisan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Sistem Tulisan
Sistem tulisan terdiri dari seperangkat grafem beserta ciri-ciri
penggunaanya. Setiap grafrem terdapat satu alograf atau lebih. Kedudukan grafem
dan alograf dalam sistem tulisan sama dengan hubungan fonem dan alofon dalam
fonologi. Begitupula hubungan grafem dan alograf serupa dengan hubungan fonem dan alofon. Umumnya setiap grafem mewakili
sebagian struktur bahasa lisan.
B. Sejarah Perkembangan Tulisan
Sistem tulisan
dikenal paling dahulu, mula-mula bergambar, tampaknya adalah sistem tulisan
bangsa Sumeria (sekitar 3000 SM, di Mesopotamia). Beberapa pakar menunjukkan
sebuah hubungan derivasi antara sistem tulisan ini dengan sistem tulisan Mesir
Kuno dan bahkan sistem tulisan Cina. Tulisan Sumeria mula-mula digunakan hanya
dalam konteks terbatas demi keperluan administratif, bukan untuk
komunikasi umum dan sastra. Tulisan ini kemudian diperluas rentangan dan
pemakaiannya.
Tulisan pada awalnya terdapat di batu-batu peninggalan yang hampir
semua bentuk awalnya tulisan berupa gambar atau diagram. Lambang-lambang tulisa
tersebut apabila menunjukkan arti “khusus” secara sistem disebut pictogram. Misalnya lambang ☼ digunakan untuk memberi
pesan “matahari”, lama-kelamaan lambang tersebut
menjadi lebih konvensional,
misalnya lambang “O” digunakan untuk makna “panas” atau “siang hari” dan juga “matahari”. Jenis lambang tersebut dipandang sebagai bagian dari suatu
sistem tulisan ide yang disebut ideogram.
Tulisan pada awalnya
berupa huruf bergambar atau diciptakan oleh orang Mesir dan
di tempat-tempat lainnya secara terpisah, seperti di Cina dan Amerika Tengah.
Tulisan silabik yang kemudian menjadi sumber abjad Yunani barangkali diciptakan
dengan meniru tulisan Mesir dan secara bertahap diubah. Perkembangan apa pun
dari suatu sistem tulisan yang memungkinkan pencatatan secara visual, suatu
bahasa sebagaimana bahasa itu diucapkan dan dipahami merupakan suatu hasil
karya besar. Jaman
dengan pesat berkembang, seiring dengan datangnya kebudayaan-kebudayaan baru
maka tulisan yang dibuat oleh orang pada saat itu juga berubah.
Aksara-aksara di dunia, secara umum
dikelompokan dalam empat bagian besar, yaitu:
1. Aksara Piktograf adalah jenis aksara yang
berupa gambar-gambar.
2. Aksara Ideografik, dapat dilihat seperti tulisan Cina
sekarang, aksara ini melambangkan benda-benda yang secara nyata dapat dilihat
atau dirasakan dalam kehidupan sehari-hari.
3. Aksara
Silabik adalah aksara yang menggambarkan suku kata seperti halnya aksara India,
Asia Tenggara Daratan dan beberapa dikepulauan Nusantara (Sumatera, Jawa, Bali,
Kalimantan) dan juga di Jepang.
4. Aksara Fonetik adalah berupa lambang fonem (lambang
Bunyi) seperti yang kita temukan pada aksara Yunani, Rusia dan Gotik. Perkembangan selanjutnya, setelah
bangsa Romawi menyempurnakan aksara-aksara tersebut dan kita kenal dengan
tulisan sekarang.
C.
Metode Menulis
Sistem menulis utama berupa metode menulis, yang secara luas terbagi menjadi empat kategori, yaitu:
1. Logografis
Sebuah logogram adalah karakter tertulis yang mewakili kata
atau morfem. Sejumlah besar logogram dibutuhkan untuk menulis sebuah bahasa,
dan bertahun-tahun dibutuhkan untuk mempelajarinya. Ini menjadi kerugian utama
sistem logografis dibandingkan sistem alfabetis. Walau begitu, efisiensi
membaca tulisan logografis pernah bermanfaat besar. Tidak ada sistem menulis
yang sepenuhnya logografis, semua memiliki komponen fonetik serta logogram
(komponen logosilabik dalam kasus karakter China, Cuneiform dan bangsa Maya) di mana sebuah glif dapat dijadikan
morfem, silabil atau keduanya.
Logokonsonantal dalam kasus hieroglif, banyak memiliki komponen ideografis
(radikal di China dan determiner pada hieroglif). Contoh, dalam bahasa Maya, glif untuk
sirip, dibaca ka’, digunakan untuk menyajikan silabel ka kapanpun pengejaan
logogram dibutuhkan atau ketika tidak ada logogram. Pada bahasa China, sekitar
90% karakter adalah senyawa dari unsur semantik (makna) yang disebut radikal
dengan karakter yang ada untuk menunjukkan ucapan disebut sebuah fonetik. Walau
begitu, elemen fonetik demikian menggantikan elemen logografis daripada
sebaliknya.
Sistem logografis utama yang digunakan saat ini adalah
karakter China, digunakan dengan beberapa modifikasi untuk berbagai bahasa di
China, Jepang, dan Korea di Korea Selatan. Yang lain adalah naskah klasik Yi.
2. Silabaris
Sebuah silabaris adalah seperangkat simbol tertulis yang
mewakili (atau mendekati) silabil. Sebuah glif adalah sebuah silabari yang
menjadi konsonan diikuti sebuah vokal, atau hanya sebuah vokal, walaupun di
beberapa naskah silabil yang lebih kompleks (seperti konsonan-vokal-konsonan,
atau konsonan-konsonan-vokal) dapat memiliki glifnya. Silabil yang berhubungan
secara fonetik tidak ditunjukkan dalam naskah. Contoh silabil ka dapat tidak berbeda
degan silabil ki, tidak pula silabil dengan vokal yang sama.
Silabaris sangat sesuai untuk bahasa dengan struktur silabil yang relatif
sederhana, seperti bahasa Jepang. Bahasa lain yang memakai silabik mencakup
naskah Linear B dari Yunani Mycenea, Cherokee, Ndjuka, bahasa kreol berbasis
Inggris di Suriname dan naskah Vai dari Liberia. Sebagian besar sistem
logografis memiliki komponen silabik kuat. Etiopik, walaupun secara teknis
adalah abjad, memiliki gabungan konsonan dan vokal pada titik dimana ia
dipelajari seolah ia sebuah silabari.
3. Alfabet
Alfabet adalah seperangkat kecil simbol, masing-masing
secara kasar mewakili atau secara historis mewakili sebuah fonem
dalam bahasa. Alfabet
yang fonologis sempurna, fonem dan huruf berkoresponsi sempurna dalam dua arah:
seorang penulis dapat meramalkan ucapan sebuah kata berdasarkan ejaannya dan
seorang pendengar dapat meramalkan ucapan sebuah kata berdasarkan ejaannya.
Bahasa sering berevolusi independen dari sistem
menulisnya dan sistem menulis dapat dipinjam untuk bahasa-bahasa yang tidak
memilikinya, derajat apakah suatu huruf dari alfabet berkorespondensi dengan
fonem sebuah bahasa bervariasi dari satu bahasa ke bahasa lain dan bahkan dalam
satu bahasa sekalipun.
Sebagian besar sistem menulis di
Timur Tengah biasanya hanya konsonan sebuah kata yang ditulis, walaupun vokal
dapat diindikasikan dengan menambahkan berbagai tanda diakritis. Sistem
penulisan berdasarkan penandaan fonem konsonan berasal dari hieroglif Mesir
kuno. Sistem ini disebut abjad.
Sebagian besar abjad di India dan Asia Tenggara, huruf vokal
diindikasikan lewat diakritis atau modifikasi bentuk konsonan. Hal ini disebut
abugida. Beberapa abugida seperti Etiopik dan Cree, dipelajari anak sebagai
silabari dan sering disebut silabik. Walau begitu berbeda dengan silabari
sejati, ini bukanlah glif yang independen untuk setiap silabi.
Kadangkala istilah alfabet dibatasi pada sistem di mana huruf dipisahkan antara
konsonan dan vocal.
Seperti alfabet Latin, walaupun abjad
dan abugida dapat diterima sebagai alfabet juga. Alfabet Yunani dipandang sebagai
alfabet pertama di dunia.
4. Naskah
fitural
Sebuah naskah fitural menandai balok dasar fonem yang menyusun
sebuah bahasa. Contoh, semua suara yang diucapkan oleh bibir (suara labial)
dapat memiliki beberapa kesamaan. Alfabet Latin contuhnya
adalah
kasus pada huruf b dan p. Walau begitu, labial m sepenuhnya berbeda, begitu
juga huruf q dan d yang bentuknya mirip namun bukan labial. Hangul Korea, semua keempat konsonan labial berdasarkan
elemen yang sama. Walau begitu, dalam prakteknya bahasa Korea dipelajari anak
sebagai alfabet biasa, dan unsur fitural cenderung dilewatkan.
Naskah fitural lainnya adalah tulisan isyarat, sistem
menulis populer untuk banyak bahasa isyarat, di mana bentuk dan gerakan tangan dan
wajah mewakili secara ikonik. Naskah fitural juga umum dalam sistem fiksi atau
yang dibuat seperti Tengwar dalam karya Tolkien.
D. Tahap
Perkembangan Tulisan
Ada tiga tahap perkembangan tulisan, yaitu:
a.
Logogram atau tulisan kata,
merupakan tulisan di mana setiap lambing mewakili sebuah kata. Sistem tulisan
yang didasarkan pada penggunaan logogram adalah sistem tulisan bahasa China.
b.
Tulisan silabis atau persukuan, misalnya
bahasa Jepang modern yang memiliki sejumlah besar lambing, menunjukan suku kata bahasa lisan.
Silabogram atau kelompok bunyi bahasa Jepang pada hakekatnya merupakan sistem
bahasa Cina (Gleasom dalam Bambang, 1995: 29). Perkembangan bahasa Jepang, aksara-aksara
bahasa Cina diambil untuk menuliskan kata-kata ambilan dari bahasa Cina, namun
proses penyesuaian itu tidak sederhana karena struktur gramatika bahasa Jepang
sangat berbeda dengan bahasa Cina. Bahasa Jepang memiliki banyak kata yang
mengalami infleksi dan afiksasi yang kompleks. Sebaliknya, kebanyakan morfem
bahasa Cina ialah kata dasar dengan tidak banyak afiksasi, kebanyakan morfem
yang tidak memiliki padanan dalam bahsa Cina.
Penyesuaian
dalam menulisakan akasara Cina ke dalam bahasa Jepang. Pertama,
diciptakan lambing-lambang morfemik untuk afiks yang tidak ada padanannya dalam
sistem tulisan bahasa Cina. Kedua, ditambahkan tanda-tanda yang beracuan
fonemik. Ternyata alternative yang kedualah yang dilakukan dan hasilnya ialah
silabogram bahasa Jepang yang memiliki pola yang berbeda dengan sistem tulisan
bahasa Cina. Silabogram bahasa Jepang pada dasarnya merupakan perkembangan
aksara bahasa Cina dalam struktur bahasa Jepang. Dalam struktur bahasa Jepang,
kata dasar pada umumnya ditulis dalam aksara Cina yang disebut kanji.
c.
Tulisan bunyi melingkupi tulisan alfabetis dan tulisan
fonemik. Alphabet adalah seperangkat lambing tertulis yang tiap lambang
mewakili bunyi tertentu. Tulisan fonemik merupakan kesesuaian sempurna antara
abjad dan bunyi fonemik yang mewujudkan satu lambang huruf mewakili satu dan
hanya satu bunyi fonemik.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Sistem
tulisan terdiri dari seperangkat grafem beserta ciri-ciri penggunaanya. Sistem tulisan
dikenal paling dahulu, mula-mula bergambar, tampaknya adalah sistem tulisan
bangsa Sumeria (sekitar 3000 SM, di Mesopotamia).
Tulisan pada awalnya terdapat di batu-batu peninggalan yang hampir
semua bentuk awalnya tulisan berupa gambar atau diagram. Perkembangan
apa pun dari suatu sistem tulisan yang memungkinkan pencatatan secara visual,
suatu bahasa sebagaimana bahasa itu diucapkan dan dipahami merupakan suatu
hasil karya besar. Adapun beberapa metode untuk menulis di antaranya ada logografis, silabaris,
alfabet dan naskah fitural.
Tahap perkembangan tulisan ada logogram atau tulisan kata, tulisan silabis atau persukuan serta tulisan bunyi yang melingkupi tulisan alfabetis dan tulisan fonemik.
DAFTAR PUSTAKA
Shamadrhashshamad.blogspot.com/2009/02/sejarah-tulisan-perkembangan-alphabetic.html.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar