Senin, 27 Januari 2014

sistem tulisan



BAB 1
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Sejak jaman Prasejarah atau yang dikenal dengan jaman batu, manusia belum mengenal tulisan. Penyampaian maksud mereka membuat gambar di dinding-dinding gua. Masyarakat jaman batu umumnya sangat kreatif, selain membuat gambar juga membuat patung-patung primitif. Jaman dengan pesat berkembang, seiring dengan datangnya kebudayaan-kebudayaan baru, maka tulisan yang dibuat orang pada saat itu juga berubah.
Penulisan  suatu hal yang tak bisa ditinggalkan dari pembelajaran bahasa dikarenakan salah satu dari catur tunggal pembelajaran bahasa adalah menulis. Menulis bukan juga sebuah kegiatan yang sederhana karena menulis memerlukan beberapa pengetahuan yang tidak sedikit. Bahkan dalam catur tunggal pembelajaran kegiatan menulis merupakan kegiatan terakhir, hal ini menandakan kegiatan menulis adalah kegiatan yang paling kompleks.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian sistem tulisan?
2.      Bagaimana sejarah perkembangan tulisan?
3.      Bagaimana cara/metode menulis?
4.      Bagaimana tahap perkembangan tulisan?

C.    Tujuan
1.      Mengetahui pengertian dari sistem tulisan.
2.      Mengetahui sejarah perkembangan tulisan.
3.      Mengetahui cara/metode menulis.
4.      Mengetahui tahap perkembangan tulisan.
BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Sistem Tulisan
Sistem tulisan terdiri dari seperangkat grafem beserta ciri-ciri penggunaanya. Setiap grafrem terdapat satu alograf atau lebih. Kedudukan grafem dan alograf dalam sistem tulisan sama dengan hubungan fonem dan alofon dalam fonologi. Begitupula hubungan grafem dan alograf serupa dengan hubungan fonem dan alofon. Umumnya setiap grafem mewakili sebagian struktur bahasa lisan.

B.     Sejarah Perkembangan Tulisan
Sistem tulisan dikenal paling dahulu, mula-mula bergambar, tampaknya adalah sistem tulisan bangsa Sumeria (sekitar 3000 SM, di Mesopotamia). Beberapa pakar menunjukkan sebuah hubungan derivasi antara sistem tulisan ini dengan sistem tulisan Mesir Kuno dan bahkan sistem tulisan Cina. Tulisan Sumeria mula-mula digunakan hanya dalam konteks terbatas demi keperluan administratif, bukan untuk komunikasi umum dan sastra. Tulisan ini kemudian diperluas rentangan dan pemakaiannya.
Tulisan pada awalnya terdapat di batu-batu peninggalan yang hampir semua bentuk awalnya tulisan berupa gambar atau diagram. Lambang-lambang tulisa tersebut apabila menunjukkan arti khusus secara sistem disebut pictogram. Misalnya lambang ☼ digunakan untuk memberi pesan matahari, lama-kelamaan lambang tersebut menjadi lebih konvensional, misalnya lambang O digunakan untuk makna panas atau siang hari dan juga matahari. Jenis lambang tersebut dipandang sebagai bagian dari suatu sistem tulisan ide yang disebut ideogram.
Tulisan pada awalnya berupa huruf bergambar atau diciptakan oleh orang Mesir dan di tempat-tempat lainnya secara terpisah, seperti di Cina dan Amerika Tengah. Tulisan silabik yang kemudian menjadi sumber abjad Yunani barangkali diciptakan dengan meniru tulisan Mesir dan secara bertahap diubah. Perkembangan apa pun dari suatu sistem tulisan yang memungkinkan pencatatan secara visual, suatu bahasa sebagaimana bahasa itu diucapkan dan dipahami merupakan suatu hasil karya besar. Jaman dengan pesat berkembang, seiring dengan datangnya kebudayaan-kebudayaan baru maka tulisan yang dibuat oleh orang pada saat itu juga berubah.
Aksara-aksara di dunia, secara umum dikelompokan dalam empat bagian besar, yaitu:
1.   Aksara Piktograf adalah jenis aksara yang berupa gambar-gambar.
2.  Aksara Ideografik, dapat dilihat seperti tulisan Cina sekarang, aksara ini melambangkan benda-benda yang secara nyata dapat dilihat atau dirasakan dalam kehidupan sehari-hari.
3.  Aksara Silabik adalah aksara yang menggambarkan suku kata seperti halnya aksara India, Asia Tenggara Daratan dan beberapa dikepulauan Nusantara (Sumatera, Jawa, Bali, Kalimantan) dan juga di Jepang.
4.  Aksara Fonetik adalah berupa lambang fonem (lambang Bunyi) seperti yang kita temukan pada aksara Yunani, Rusia dan Gotik. Perkembangan selanjutnya, setelah bangsa Romawi menyempurnakan aksara-aksara tersebut dan kita kenal dengan tulisan sekarang.





C.    Metode Menulis
Sistem menulis utama berupa metode menulis, yang secara luas terbagi menjadi empat kategori, yaitu:

1.      Logografis
Sebuah logogram adalah karakter tertulis yang mewakili kata atau morfem. Sejumlah besar logogram dibutuhkan untuk menulis sebuah bahasa, dan bertahun-tahun dibutuhkan untuk mempelajarinya. Ini menjadi kerugian utama sistem logografis dibandingkan sistem alfabetis. Walau begitu, efisiensi membaca tulisan logografis pernah bermanfaat besar. Tidak ada sistem menulis yang sepenuhnya logografis, semua memiliki komponen fonetik serta logogram (komponen logosilabik dalam kasus karakter China, Cuneiform dan bangsa Maya) di mana sebuah glif dapat dijadikan morfem, silabil atau keduanya.
Logokonsonantal dalam kasus hieroglif, banyak memiliki komponen ideografis (radikal di China dan determiner pada hieroglif). Contoh, dalam bahasa Maya, glif untuk sirip, dibaca ka’, digunakan untuk menyajikan silabel ka kapanpun pengejaan logogram dibutuhkan atau ketika tidak ada logogram. Pada bahasa China, sekitar 90% karakter adalah senyawa dari unsur semantik (makna) yang disebut radikal dengan karakter yang ada untuk menunjukkan ucapan disebut sebuah fonetik. Walau begitu, elemen fonetik demikian menggantikan elemen logografis daripada sebaliknya.
Sistem logografis utama yang digunakan saat ini adalah karakter China, digunakan dengan beberapa modifikasi untuk berbagai bahasa di China, Jepang, dan Korea di Korea Selatan. Yang lain adalah naskah klasik Yi.

2.      Silabaris
Sebuah silabaris adalah seperangkat simbol tertulis yang mewakili (atau mendekati) silabil. Sebuah glif adalah sebuah silabari yang menjadi konsonan diikuti sebuah vokal, atau hanya sebuah vokal, walaupun di beberapa naskah silabil yang lebih kompleks (seperti konsonan-vokal-konsonan, atau konsonan-konsonan-vokal) dapat memiliki glifnya. Silabil yang berhubungan secara fonetik tidak ditunjukkan dalam naskah. Contoh silabil ka dapat tidak berbeda degan silabil ki, tidak pula silabil dengan vokal yang sama.
Silabaris sangat sesuai untuk bahasa dengan struktur silabil yang relatif sederhana, seperti bahasa Jepang. Bahasa lain yang memakai silabik mencakup naskah Linear B dari Yunani Mycenea, Cherokee, Ndjuka, bahasa kreol berbasis Inggris di Suriname dan naskah Vai dari Liberia. Sebagian besar sistem logografis memiliki komponen silabik kuat. Etiopik, walaupun secara teknis adalah abjad, memiliki gabungan konsonan dan vokal pada titik dimana ia dipelajari seolah ia sebuah silabari.
3.      Alfabet
Alfabet adalah seperangkat kecil simbol, masing-masing secara kasar mewakili atau secara historis mewakili sebuah fonem dalam bahasa. Alfabet yang fonologis sempurna, fonem dan huruf berkoresponsi sempurna dalam dua arah: seorang penulis dapat meramalkan ucapan sebuah kata berdasarkan ejaannya dan seorang pendengar dapat meramalkan ucapan sebuah kata berdasarkan ejaannya.
Bahasa sering berevolusi independen dari sistem menulisnya dan sistem menulis dapat dipinjam untuk bahasa-bahasa yang tidak memilikinya, derajat apakah suatu huruf dari alfabet berkorespondensi dengan fonem sebuah bahasa bervariasi dari satu bahasa ke bahasa lain dan bahkan dalam satu bahasa sekalipun.
Sebagian besar sistem menulis di Timur Tengah biasanya hanya konsonan sebuah kata yang ditulis, walaupun vokal dapat diindikasikan dengan menambahkan berbagai tanda diakritis. Sistem penulisan berdasarkan penandaan fonem konsonan berasal dari hieroglif Mesir kuno. Sistem ini disebut abjad.
Sebagian besar abjad di India dan Asia Tenggara, huruf vokal diindikasikan lewat diakritis atau modifikasi bentuk konsonan. Hal ini disebut abugida. Beberapa abugida seperti Etiopik dan Cree, dipelajari anak sebagai silabari dan sering disebut silabik. Walau begitu berbeda dengan silabari sejati, ini bukanlah glif yang independen untuk setiap silabi.
Kadangkala istilah alfabet dibatasi pada sistem di mana huruf dipisahkan antara konsonan dan vocal. Seperti alfabet Latin, walaupun abjad dan abugida dapat diterima sebagai alfabet juga. Alfabet Yunani dipandang sebagai alfabet pertama di dunia.
4.      Naskah fitural
Sebuah naskah fitural menandai balok dasar fonem yang menyusun sebuah bahasa. Contoh, semua suara yang diucapkan oleh bibir (suara labial) dapat memiliki beberapa kesamaan. Alfabet Latin contuhnya adalah kasus pada huruf b dan p. Walau begitu, labial m sepenuhnya berbeda, begitu juga huruf q dan d yang bentuknya mirip namun bukan labial. Hangul Korea, semua keempat konsonan labial berdasarkan elemen yang sama. Walau begitu, dalam prakteknya bahasa Korea dipelajari anak sebagai alfabet biasa, dan unsur fitural cenderung dilewatkan.
Naskah fitural lainnya adalah tulisan isyarat, sistem menulis populer untuk banyak bahasa isyarat, di mana bentuk dan gerakan tangan dan wajah mewakili secara ikonik. Naskah fitural juga umum dalam sistem fiksi atau yang dibuat seperti Tengwar dalam karya Tolkien.

D.    Tahap Perkembangan Tulisan
Ada tiga tahap perkembangan tulisan, yaitu:
a.         Logogram atau tulisan kata, merupakan tulisan di mana setiap lambing mewakili sebuah kata. Sistem tulisan yang didasarkan pada penggunaan logogram adalah sistem tulisan bahasa China.
b.         Tulisan silabis atau persukuan, misalnya bahasa Jepang modern yang memiliki sejumlah besar lambing, menunjukan suku kata bahasa lisan. Silabogram atau kelompok bunyi bahasa Jepang pada hakekatnya merupakan sistem bahasa Cina (Gleasom dalam Bambang, 1995: 29). Perkembangan bahasa Jepang, aksara-aksara bahasa Cina diambil untuk menuliskan kata-kata ambilan dari bahasa Cina, namun proses penyesuaian itu tidak sederhana karena struktur gramatika bahasa Jepang sangat berbeda dengan bahasa Cina. Bahasa Jepang memiliki banyak kata yang mengalami infleksi dan afiksasi yang kompleks. Sebaliknya, kebanyakan morfem bahasa Cina ialah kata dasar dengan tidak banyak afiksasi, kebanyakan morfem yang tidak memiliki padanan dalam bahsa Cina.
Penyesuaian dalam menulisakan akasara Cina ke dalam bahasa Jepang. Pertama, diciptakan lambing-lambang morfemik untuk afiks yang tidak ada padanannya dalam sistem tulisan bahasa Cina. Kedua, ditambahkan tanda-tanda yang beracuan fonemik. Ternyata alternative yang kedualah yang dilakukan dan hasilnya ialah silabogram bahasa Jepang yang memiliki pola yang berbeda dengan sistem tulisan bahasa Cina. Silabogram bahasa Jepang pada dasarnya merupakan perkembangan aksara bahasa Cina dalam struktur bahasa Jepang. Dalam struktur bahasa Jepang, kata dasar pada umumnya ditulis dalam aksara Cina yang disebut kanji.
c.         Tulisan bunyi melingkupi tulisan alfabetis dan tulisan fonemik. Alphabet adalah seperangkat lambing tertulis yang tiap lambang mewakili bunyi tertentu. Tulisan fonemik merupakan kesesuaian sempurna antara abjad dan bunyi fonemik yang mewujudkan satu lambang huruf mewakili satu dan hanya satu bunyi fonemik.





















BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Sistem tulisan terdiri dari seperangkat grafem beserta ciri-ciri penggunaanya. Sistem tulisan dikenal paling dahulu, mula-mula bergambar, tampaknya adalah sistem tulisan bangsa Sumeria (sekitar 3000 SM, di Mesopotamia).
Tulisan pada awalnya terdapat di batu-batu peninggalan yang hampir semua bentuk awalnya tulisan berupa gambar atau diagram. Perkembangan apa pun dari suatu sistem tulisan yang memungkinkan pencatatan secara visual, suatu bahasa sebagaimana bahasa itu diucapkan dan dipahami merupakan suatu hasil karya besar. Adapun beberapa metode untuk menulis di antaranya ada logografis, silabaris, alfabet dan naskah fitural.
Tahap perkembangan tulisan ada logogram atau tulisan kata, tulisan silabis atau persukuan serta tulisan bunyi yang melingkupi tulisan alfabetis dan tulisan fonemik.












DAFTAR PUSTAKA
Shamadrhashshamad.blogspot.com/2009/02/sejarah-tulisan-perkembangan-alphabetic.html.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar