BAB I
A.
LATAR BELAKANG
Puisi sebagai
salah satu sebuah karya seni sastra dapat dikaji dari bermacam-macam aspeknya.
Puisi dapat dikaji struktur dan unsur-unsurnya, mengingat bahwa puisi itu
adalah struktur yang tersusun dari bermacam-macam unsur dan sarana-sarana
kepuitisan. Puisi selalu berubah-ubah sesuai dengan evolusi selera dan
perubahan konsep estetiknya (Riffarerre, 1978: 1).
Sesuai kemajuan
ilmu sastra pada masa kini, maka pengkajian puisi pada masa kini mempergunakan
landasan teori sastra yang terbaru untuk mempelajari dan memahami puisi. Salah
satunya adalah menggunakan teori strukturalisme. Struktur merupakan suatu
kesatuan yang saling melengkapi dan saling berhubungan sehingga dapat membuat
suatu bangunan yang utuh.
Pengkajian
puisi ini menggunakan unsur fisik dan unsur batin yang terdapat pada teori
strukturalisme. Unsur fisik terdiri dari diksi,
pengimajian, kata konkret, bahasa figuratif (majas), versifikasi, dan
tatawajah. Unsur batin terdiri dari tema, perasaan, nada dan suasana, dan
amanat atau pesan.
B.
RUMUSAN MASALAH
1.
Apa
saja batasan puisi menurut para ahli?
2.
Apa
yang dimaksud teori strukturalisme dalam pengkajian puisi?
3.
Bagaimana
analisis struktur pada puisi “Lagu Orang Perahu”?
C.
TUJUAN
1.
Memahami
batasan puisi dari berbagai ahli.
2.
Memahami
teori strkturalisme dalam pengkajia puisi.
3.
Mampu
menganalisa struktur puisi “Lagu Orang Perahu.”
BAB II
A.
BATASAN
Puisi (kaya sastra) merupakan sebuah struktur. Struktur di sini dalam arti
bahwa karya sastra itu merupakan susunan unsur-unsur yang bersistem, yang
antara unsur-unsurnya terjadi hubungan yang timbal balik, saling menentukan,
dan tidak dapat berdiri sendiri. Karya
sastra mempunyai kebulatan makna intiristik yang dapat digali dari karya itu
sendiri. Pendekatan struktural yang dipergunakan, akan menghasilkan gambaran
yang jelas terhadap unsur-unsur yang digunakan dalam menulis puisinya. Unsur
intrinsik puisi terdiri dari unsur fisik
yang meliputi diksi; pengimajian; kata konkret; bahasa figuratif (majas);
versifikasi; dan tatawajah, serta unsur batin maliputi tema; perasaan; nada dan
suasana; dan amanat atau pesan (menurut Dr. Herman J. Waluyo, M.Pd. 1995:
66-130).
Teori strukturalisme adalah teori yang
mengakaji karya sastra dari aspek unsur-unsur pembangun karya sastra itu
sendiri yang melihat bagaimana sistematika unsu-unsur tersebut menjadi unity. Dalam pengertian struktur ini
(Piaget via Hawkes, 1978:16) terlihat adanya rangkaian kesatuan yang meliputi
tiga ide dasar, yaitu ide kesatuan, ide transformasi, dan ide diri sendiri (self-regulation).
Pertama, struktur itu merupakan kesatuan yang bulat, yaitu bagian-bagian yang
membentuknya tidak dapat berdiri sendiri. Kedua, struktur itu berisi gagasan
transformasi dalam arti bahwa struktur itu tidak statis. Struktur itu mampu
melakukan prosedur-prosedur transformasional, dalam arti bahan-bahan baru
diproses dengan prosedur dan melalui prosedur. Ketiga, struktur itu mengatur
diri sendiri, dalam arti struktur itu tidak memerlukan pertolongan bantuan dari
luar dirinya untuk mengesahkan prosedur transformasinya.
B.
PUISI
Lagu Orang Perahu
Oleh Goenawan Mohamad
Trinh, kulihat bintang berlari, bercerai
Menyeberang kontinen malam
Tapi angin selesai, laut lerai,
Dan kau katakan, “Ada burung hitam di buritam”
Trinh, kuingat pohon-pohon kota Saigon
Dan nyanyian di ranting-rantingnya
Kusebut namamu, terkubur disetiap sekon
Laut lama akan tak mengingatnya
C.
ANALISIS
PUISI
1.
STRUKTUR
FISIK
a.
Diksi: menguraikan banyak hal dan
makna kata serapan yang kontiner. Dalam puisi tersebut pengarang tidak terlalu
rumit untuk menguraikan kata-katanya. Kata yang digunakan sangatlah mudah untuk
dipahami. Pengarang menggambarka lingkungan tempat kejadian tersebut. Karena
ada kata ”Tapi angin selesai, laut lerai,” yang menjunjukkan kejadian
perang berada di lautan kota Saigon, Vietnam.
b.
Citraan (Gambaran-gambaran Angan)
Yaitu kata
atau susunan kata-kata yang dapat mengungkapkan pengalaman inderawi, seperti
penglihatan, pendengaran, dan perasaan. Imaji dapat dibagi menjadi tiga, yaitu
imaji suara (auditif), imaji penglihatan (visual), dan imaji raba atau sentuh
(taktil). Imaji dapat mengakibatakan pembaca seakan-akan melihat, mendengar,
dan merasakan seperti apa yang dialami penyair.
1)
Imaji suara (auditif),
“Dan
nyanyian di ranting-ranting”
pada baris ke-6, menggambarkan jeritan para korban
peperangan.
2)
Imaji penglihatan (visual),
“Kulihat
bintang berlari, bercerai”
Pada baris ke-1, menggambarkan para korban peperangan
yang berhamburan.
c.
Kata konkrit: “ku lihat bintang
berlari bercerai”, seakan mengisahkan bahwa di malam yang gelap tanpa ada
cahaya bintang, karena tertuliskan “bintang berlari bercerai” dan pada kalimat
“ku ingat pohon-pohon kota Saigon” seakan mengingat masa lalu yang terjadi di
suatu kota Saigon.
d.
Bahasa Kiasan
Unsur kepuitisan untuk mendapatkan kepuitisan ialah
bahasa kiasan (figurative language). Adanya bahasa kiasan ini
menyebabkan sajak menjadi menarik perhatian, menimbulkan kesegaran, hidup, dan
terutama menimbulkan kejelasan gambaran angan. Bahasa kiasan ini mengiasakan
atau mempersamakan sesuatu hal dengan hal lain supaya gambaran menjadi jelas,
lebih menarik dan hidup. Adapun jenis-jenis kiasan tersebut adalah sebagai
berikut:
1)
Perbandingan (smile)
Perbandingan
atau perumpamaan atau smile, ialah bahasa kiasan yang menyamakan satu
hal dengan hal lain dengan mempergunakan kata-kata pembanding seperti: bagai,
sebagai, bak, seperti, semisal, seumpama, laksana, sepantun, penaka, se, dan
kata-kata pembanding lain. Dalam puisi
Lagu Orang Perahu karya Goenawan Mohammad ini, memiliki perbandingan atau
perumpamaan dalam sajaknya, yaitu sebagai berikut.
Pada baris terakhir
dalam puisi tersebut:
“Laut lama akan tak
mengingatnya”
Maksudnya:
Dalam sepenggal baris
puisi tersebut menggambarkan atau mengibaratkan seseorang yang tidak mau
mengingat kejadian yang mampu membuat dia trauma.
2)
Personifikasi
Kiasan ini mempersamakan benda dengan manusia,
benda-benda mati dibuat dapat berbuat, berpikir, dan sebagainya seperti
manusia. Personifikasi ini banyak dipergunakan para penyair dari dahulu hingga
sekarang.
Personifikasi ini membuat hidup lukisan, disamping itu
member kejelasan kebenaran, memberikan bayangan angan yang konkret.
Pada baris pertama dalam puisi
tersebut:
“Trinh, ku
lihat bintang berlari, bercerai”
Maksudnya:
Dalam sepenggal puisi tersebut menggambarkan peristiwa
yang terjadi pada malam hari yang membuat orang-orang merasa takut.
Pada baris keenam dalam puisi
tersebut:
“Dan
nyanyian di ranting-rantingnya”
Maksudnya:
Penulis menggambarkan tentang burung hitam yang
hinggap di buritan kota Saigon yang berkicau, memiliki makna bahwa para korban
bencana perang sedang merintih kesakitan atas dera yang menimpanya.
3)
Hiperbola
Yaitu majas atau gaya bahasa yang bertujuan untuk melebih-lebihkan.
Pada baris ketujuh dalam puisi tersebut:
“Ku sebut
namamu, terkubur ditiap sekon”
Maksudnya:
Para pengungsi sedang bermunajat (do’a) kepada Sang
Maha Pencipta atas teguran yang menimpanya.
2.
SRTUKTUR
BATIN
a.
Tema
Tema merupakan gagasa pokok atau subjek yang dikemukakan
oleh penyair. Pokok pikiran atau pokok persoalan itu begitu kuat mendesak dalam
jiwa penyair, sehingga menjadi landasan utama pengucapan. Tema puisi harus
dihubungkan dengn penyairnya, dengan konsep-konsep imajinasi.
Tema dari puisi “lagu Orang Perahu”
karya Geonawan Mohamad adalah “Para Pengungsi”.
b.
Rasa
Rasa adalah sikap penyair terhadap pokok permasalahan yang terdapat dalam
puisinya. Pengungkapan tema dan rasa erat kaitannya dengan latar belakang
sosial dan psikologi penyair, misalnya latar belakang pendidikan, agama, jenis
kelamin, kelas sosial, kedudukan dalam masyarakat, usia, pengalaman sosiologis
dan psikologis, dan pengetahuan. Kedalaman pengungkapan tema dan ketepatan
dalam menyikapi suatu masalah tidak bergantung pada kemampuan penyair memilih
kata-kata, rima, gaya bahasa, dan bentuk puisi saja, tetapi lebih banyak
bergantung pada wawasan, pengetahuan, pengalaman, dan kepribadian yang
terbentuk oleh latar belakang sosiologis dan psikologisnya.
Rasa di dalam
puisi “Lagu Orang Perahu” tersebut adalah: penyair menuangkan perasaan
dan kondisi peperangan yang ada di kota Saigon, Vietnam.
c.
Nada
Nada adalah
sikap penyair terhadap pembacanya. Nada juga berhubungan dengan tema dan rasa.
Penyair dapat menyampaikan tema dengan nada menggurui, mendikte, bekerja sama
dengan pembaca untuk memecahkan masalah, menyerahkan masalah begitu saja kepada
pembaca, dengan nada sombong, menganggap bodoh dan rendah pembaca, dll.
Nada puisi “Lagu Orang Perahu” cenderung lirih
dan sendu, sehingga terlihat luapan perasaan yang sedang dirasakan oleh para
korban.
d.
Amanat
Amanat adalah pesan yang ingin disampaikan penyair kepada pembaca. Amanat puisi “Lagu
Orang Perahu” tersebut adalah: jika pernah mengalami kejadian buruk dalam
hidup, janganlah selalu hidup di dalam kejadian yang sama. Tapi, rubahlah
kejadian buruk itu menjadi suatu kehidupan yang lebih baik dari sebelumnya.
Pengalaman/tragedi adalah suatu sejarah yang tidak akan mengelupas dari kerak
otak kita, maka kita harus mampu menganalisa apa yang baik untuk dipertahanka
dan yang kurang baik untuk dievaluasi dari hidup kita. Allah memberikan ujian
kepada umatnya tidak akan melampaui batas kemampuan umat. Allah tidak akan
merubah nasib suatu kaum jika kaum tersebut tidak berusaha merubahnya. Skenario
dan segala intrik adalah kuasa Allah yang paling indah. Katika Tuhan telah
jatuh cinta maka tak segan Ia mengambilnya dan mampu membuat hamba-Nya menangis
karena-Nya.
BAB III
A. KESIMPULAN
Puisi merupakan salah satu karya
sastra yang memiliki struktural kaidah penyusunan sehingga setiap unsur-unsur
saling berhubungan dan memiliki sifat yang puitis (indah). Pendekatan struktur
kajian puisi memiliki dua bagian yang tidak dapat dipisahkan di antaranya yaitu
unsur fisik terdiri dari diksi, imajinasi, kata-kata konkrit, gaya bahasa
(kiasan), dan irama dan ritma serta
unsur batin di antaranya ada tema, rasa, nada, dan amanat. Mahasiswa
diharapkan mampu menganalisis kajian puisi yang dihadapinya melalui berbagai
teori pendekatan. Khususnya pendekatan strukturalisme.
DAFTAR
PUSTAKA
Pradopo, Rachmat Djoko. 2012. Pengkajian Puisi. Yogyakarta:
Gajah Mada University Press.
Waluyo, Herman J.1995. Teori dan Apresiasi Puisi.Surakarta:
Erlangga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar