Sabtu, 08 Maret 2014

pendekatan struktural puisi "Nnyanyian Orang Perahu"



BAB I
A.    LATAR BELAKANG
Puisi sebagai salah satu sebuah karya seni sastra dapat dikaji dari bermacam-macam aspeknya. Puisi dapat dikaji struktur dan unsur-unsurnya, mengingat bahwa puisi itu adalah struktur yang tersusun dari bermacam-macam unsur dan sarana-sarana kepuitisan. Puisi selalu berubah-ubah sesuai dengan evolusi selera dan perubahan konsep estetiknya (Riffarerre, 1978: 1).
Sesuai kemajuan ilmu sastra pada masa kini, maka pengkajian puisi pada masa kini mempergunakan landasan teori sastra yang terbaru untuk mempelajari dan memahami puisi. Salah satunya adalah menggunakan teori strukturalisme. Struktur merupakan suatu kesatuan yang saling melengkapi dan saling berhubungan sehingga dapat membuat suatu bangunan yang utuh.
Pengkajian puisi ini menggunakan unsur fisik dan unsur batin yang terdapat pada teori strukturalisme. Unsur fisik terdiri dari diksi,  pengimajian, kata konkret, bahasa figuratif (majas), versifikasi, dan tatawajah. Unsur batin terdiri dari tema, perasaan, nada dan suasana, dan amanat atau pesan.

B.     RUMUSAN MASALAH
1.      Apa saja batasan puisi menurut para ahli?
2.      Apa yang dimaksud teori strukturalisme dalam pengkajian puisi?
3.      Bagaimana analisis struktur pada puisi “Lagu Orang Perahu”?

C.    TUJUAN
1.      Memahami batasan puisi dari berbagai ahli.
2.      Memahami teori strkturalisme dalam pengkajia puisi.
3.      Mampu menganalisa struktur puisi “Lagu Orang Perahu.”
BAB II
A.       BATASAN
Puisi (kaya sastra) merupakan sebuah struktur. Struktur di sini dalam arti bahwa karya sastra itu merupakan susunan unsur-unsur yang bersistem, yang antara unsur-unsurnya terjadi hubungan yang timbal balik, saling menentukan, dan tidak dapat berdiri sendiri. Karya sastra mempunyai kebulatan makna intiristik yang dapat digali dari karya itu sendiri. Pendekatan struktural yang dipergunakan, akan menghasilkan gambaran yang jelas terhadap unsur-unsur yang digunakan dalam menulis puisinya. Unsur intrinsik puisi terdiri dari unsur  fisik yang meliputi diksi; pengimajian; kata konkret; bahasa figuratif (majas); versifikasi; dan tatawajah, serta unsur batin maliputi tema; perasaan; nada dan suasana; dan amanat atau pesan (menurut Dr. Herman J. Waluyo, M.Pd. 1995: 66-130).
Teori strukturalisme adalah teori yang mengakaji karya sastra dari aspek unsur-unsur pembangun karya sastra itu sendiri yang melihat bagaimana sistematika unsu-unsur tersebut menjadi unity. Dalam pengertian struktur ini (Piaget via Hawkes, 1978:16) terlihat adanya rangkaian kesatuan yang meliputi tiga ide dasar, yaitu ide kesatuan, ide transformasi, dan ide diri sendiri (self-regulation). Pertama, struktur itu merupakan kesatuan yang bulat, yaitu bagian-bagian yang membentuknya tidak dapat berdiri sendiri. Kedua, struktur itu berisi gagasan transformasi dalam arti bahwa struktur itu tidak statis. Struktur itu mampu melakukan prosedur-prosedur transformasional, dalam arti bahan-bahan baru diproses dengan prosedur dan melalui prosedur. Ketiga, struktur itu mengatur diri sendiri, dalam arti struktur itu tidak memerlukan pertolongan bantuan dari luar dirinya untuk mengesahkan prosedur transformasinya.


B.       PUISI
Lagu Orang Perahu
Oleh Goenawan Mohamad

Trinh, kulihat bintang berlari, bercerai
Menyeberang kontinen malam
Tapi angin selesai, laut lerai,
Dan kau katakan, “Ada burung hitam di buritam”
Trinh, kuingat pohon-pohon kota Saigon
Dan nyanyian di ranting-rantingnya
Kusebut namamu, terkubur disetiap sekon
Laut lama akan tak mengingatnya

C.       ANALISIS PUISI
1.      STRUKTUR FISIK
a.       Diksi: menguraikan banyak hal dan makna kata serapan yang kontiner. Dalam puisi tersebut pengarang tidak terlalu rumit untuk menguraikan kata-katanya. Kata yang digunakan sangatlah mudah untuk dipahami. Pengarang menggambarka lingkungan tempat kejadian tersebut. Karena ada kata ”Tapi angin selesai, laut lerai,” yang menjunjukkan kejadian perang berada di lautan kota Saigon, Vietnam.
b.      Citraan (Gambaran-gambaran Angan)
Yaitu kata atau susunan kata-kata yang dapat mengungkapkan pengalaman inderawi, seperti penglihatan, pendengaran, dan perasaan. Imaji dapat dibagi menjadi tiga, yaitu imaji suara (auditif), imaji penglihatan (visual), dan imaji raba atau sentuh (taktil). Imaji dapat mengakibatakan pembaca seakan-akan melihat, mendengar, dan merasakan seperti apa yang dialami penyair.
1)      Imaji suara (auditif),
“Dan nyanyian di ranting-ranting”
pada baris ke-6, menggambarkan jeritan para korban peperangan.
2)      Imaji penglihatan (visual),
“Kulihat bintang berlari, bercerai”
Pada baris ke-1, menggambarkan para korban peperangan yang berhamburan.
c.       Kata konkrit: “ku lihat bintang berlari bercerai”, seakan mengisahkan bahwa di malam yang gelap tanpa ada cahaya bintang, karena tertuliskan “bintang berlari bercerai” dan pada kalimat “ku ingat pohon-pohon kota Saigon” seakan mengingat masa lalu yang terjadi di suatu kota Saigon.
d.      Bahasa Kiasan
Unsur kepuitisan untuk mendapatkan kepuitisan ialah bahasa kiasan (figurative language). Adanya bahasa kiasan ini menyebabkan sajak menjadi menarik perhatian, menimbulkan kesegaran, hidup, dan terutama menimbulkan kejelasan gambaran angan. Bahasa kiasan ini mengiasakan atau mempersamakan sesuatu hal dengan hal lain supaya gambaran menjadi jelas, lebih menarik dan hidup. Adapun jenis-jenis kiasan tersebut adalah sebagai berikut:
1)      Perbandingan (smile)
Perbandingan atau perumpamaan atau smile, ialah bahasa kiasan yang menyamakan satu hal dengan hal lain dengan mempergunakan kata-kata pembanding seperti: bagai, sebagai, bak, seperti, semisal, seumpama, laksana, sepantun, penaka, se, dan kata-kata pembanding lain. Dalam puisi Lagu Orang Perahu karya Goenawan Mohammad ini, memiliki perbandingan atau perumpamaan dalam sajaknya, yaitu sebagai berikut.
Pada baris terakhir dalam puisi tersebut:
Laut lama akan tak mengingatnya”
Maksudnya:
Dalam sepenggal baris puisi tersebut menggambarkan atau mengibaratkan seseorang yang tidak mau mengingat kejadian yang mampu membuat dia trauma.
2)      Personifikasi
Kiasan ini mempersamakan benda dengan manusia, benda-benda mati dibuat dapat berbuat, berpikir, dan sebagainya seperti manusia. Personifikasi ini banyak dipergunakan para penyair dari dahulu hingga sekarang.
Personifikasi ini membuat hidup lukisan, disamping itu member kejelasan kebenaran, memberikan bayangan angan yang konkret.
Pada baris pertama dalam puisi tersebut:
“Trinh, ku lihat bintang berlari, bercerai”
Maksudnya:
Dalam sepenggal puisi tersebut menggambarkan peristiwa yang terjadi pada malam hari yang membuat orang-orang merasa takut.
Pada baris keenam dalam puisi tersebut:
“Dan nyanyian di ranting-rantingnya”
Maksudnya:
Penulis menggambarkan tentang burung hitam yang hinggap di buritan kota Saigon yang berkicau, memiliki makna bahwa para korban bencana perang sedang merintih kesakitan atas dera yang menimpanya.
3)      Hiperbola
Yaitu majas atau gaya bahasa yang bertujuan untuk melebih-lebihkan.
Pada baris ketujuh dalam puisi tersebut:
“Ku sebut namamu, terkubur ditiap sekon”
Maksudnya:
Para pengungsi sedang bermunajat (do’a) kepada Sang Maha Pencipta atas teguran yang menimpanya.

2.      SRTUKTUR BATIN
a.       Tema
Tema merupakan gagasa pokok atau subjek yang dikemukakan oleh penyair. Pokok pikiran atau pokok persoalan itu begitu kuat mendesak dalam jiwa penyair, sehingga menjadi landasan utama pengucapan. Tema puisi harus dihubungkan dengn penyairnya, dengan konsep-konsep imajinasi.
Tema dari puisi “lagu Orang Perahu” karya Geonawan Mohamad adalah “Para Pengungsi”.


b.      Rasa
Rasa adalah sikap penyair terhadap pokok permasalahan yang terdapat dalam puisinya. Pengungkapan tema dan rasa erat kaitannya dengan latar belakang sosial dan psikologi penyair, misalnya latar belakang pendidikan, agama, jenis kelamin, kelas sosial, kedudukan dalam masyarakat, usia, pengalaman sosiologis dan psikologis, dan pengetahuan. Kedalaman pengungkapan tema dan ketepatan dalam menyikapi suatu masalah tidak bergantung pada kemampuan penyair memilih kata-kata, rima, gaya bahasa, dan bentuk puisi saja, tetapi lebih banyak bergantung pada wawasan, pengetahuan, pengalaman, dan kepribadian yang terbentuk oleh latar belakang sosiologis dan psikologisnya.
Rasa di dalam puisi “Lagu Orang Perahu” tersebut adalah: penyair menuangkan perasaan dan kondisi peperangan yang ada di kota Saigon, Vietnam.
c.       Nada
Nada adalah sikap penyair terhadap pembacanya. Nada juga berhubungan dengan tema dan rasa. Penyair dapat menyampaikan tema dengan nada menggurui, mendikte, bekerja sama dengan pembaca untuk memecahkan masalah, menyerahkan masalah begitu saja kepada pembaca, dengan nada sombong, menganggap bodoh dan rendah pembaca, dll.
Nada puisi “Lagu Orang Perahu” cenderung lirih dan sendu, sehingga terlihat luapan perasaan yang sedang dirasakan oleh para korban.
d.      Amanat
Amanat adalah pesan yang ingin disampaikan penyair kepada pembaca. Amanat puisi “Lagu Orang Perahu” tersebut adalah: jika pernah mengalami kejadian buruk dalam hidup, janganlah selalu hidup di dalam kejadian yang sama. Tapi, rubahlah kejadian buruk itu menjadi suatu kehidupan yang lebih baik dari sebelumnya. Pengalaman/tragedi adalah suatu sejarah yang tidak akan mengelupas dari kerak otak kita, maka kita harus mampu menganalisa apa yang baik untuk dipertahanka dan yang kurang baik untuk dievaluasi dari hidup kita. Allah memberikan ujian kepada umatnya tidak akan melampaui batas kemampuan umat. Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum jika kaum tersebut tidak berusaha merubahnya. Skenario dan segala intrik adalah kuasa Allah yang paling indah. Katika Tuhan telah jatuh cinta maka tak segan Ia mengambilnya dan mampu membuat hamba-Nya menangis karena-Nya.

















BAB III
A.       KESIMPULAN
Puisi merupakan salah satu karya sastra yang memiliki struktural kaidah penyusunan sehingga setiap unsur-unsur saling berhubungan dan memiliki sifat yang puitis (indah). Pendekatan struktur kajian puisi memiliki dua bagian yang tidak dapat dipisahkan di antaranya yaitu unsur fisik terdiri dari diksi, imajinasi, kata-kata konkrit, gaya bahasa (kiasan), dan irama dan ritma serta  unsur batin di antaranya ada tema, rasa, nada, dan amanat. Mahasiswa diharapkan mampu menganalisis kajian puisi yang dihadapinya melalui berbagai teori pendekatan. Khususnya pendekatan strukturalisme.



















DAFTAR PUSTAKA
Pradopo, Rachmat Djoko. 2012. Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Waluyo, Herman J.1995. Teori dan Apresiasi Puisi.Surakarta: Erlangga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar